"Heroes are made by the path they choose, not power are grace with." Siapa yang tahu kalimat ini? Yup, benar sekali, ini adalah kalimat yang pernah dikatakan Iron Man, dalam salah satu filmnya. Tokoh superhero ini mengatakan bahwa seorang pahlawan dibuat dengan jalan yang mereka pilih, bukan dengan kekuasaan yang mereka dapatkan. Kalimat ini sebenarnya juga sedikit relate dengan kita semua. Bahwa siapa pun di dunia ini bisa menjadi pahlawan bagi orang lain, termasuk tenaga kesehatan (nakes).
Sejak Pandemi melanda negeri kita tercinta, Indonesia. Banyak masyarakat yang terpapar dan harus mendekam di rumah sakit, bahkan tidak sedikit yang meregang nyawa. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat umum, namun juga tenaga kesehatan. Akibat banyaknya masyarakat yang terpapar, rumah sakit menjadi penuh dan para nakes dituntut untuk tetap bekerja, bahkan tidak segan juga turut mempertaruhkan nyawa mereka untuk merawat pasien-pasien yang terpapar penyakit menular, Covid-19 ini. Terhitung sejak Maet 2020 hingga Oktober 2021, sebanyak 2029 tenaga kesehatan gugur akibat Covid-19. Angka ini juga menjadi salah satu yang tertingi di Asia.
Rasa takut dan khawatir selalu menyelimuti keseharian para tenaga kesehtan kita, takut akan terpapar virus yang sama, dan khawatir dengan kesehatan anggota keluarga mereka yang lainnya. Tidak jarang, banyak tenaga kesehatan yang rela berpisah dan tidak bertemu dengan anggota keluarganya untuk sementara waktu demi keamanan bersama. Hal ini ditambah dengan keterbatasan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan oleh para pekerja medis untuk menjaga keamanan dan keselamatan di lingkungan yang penuh resiko penularan. Efisiensi penggunaan APD sangat dijaga agar defisiensi stok tidak terjadi. Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari penggunaan masker N-95 yang disimpan dalam tempat bersih agar dapat digunakan berulang kali, face shield yang dimodifikasi menggunakan plastik mika bening, hingga penggunaan baju coverall sebagai salah satu tameng pelindung diri yang terpaksa harus diganti dengan menggunakan jas hujan plastik atau kimono kain. Keterbatasan APD ini juga menyebabkan para petugas harus menahan haus, lapar, hingga keinginan untuk buang air, karena APD bersifat sekali pakai, sehingga jika sekali dilepas maka tidak bisa digunakan kembali.
(sumber: Google.com)
Menjalankan tugas sebagai tenaga medis selama pandemi merupakan sebuah tantangan tersendiri. Para nakes harus berupaya untuk tetap menjaga imunitas ditengah padatnya rutinitas yang harus dilakukan. Belum lagi penggunaan APD yang terlalu lama dapat memicu dehidrasi dan kurangnya oksigen yang dapat memicu resiko kelelahan. Para tenaga medis juga menjadi lebih waspada terhadap kebersihan diri. Selain rutin mencuci tangan, petugas akan mandi di rumah sakit saat dinasnya berakhir dan mandi kembali saat sampai di rumah. Sejak kebijakan PSBB diterapkan, pertugas yang biasa menggunakan transportasi online harus mencari alternatif lain agar bisa sampai di tempat kerja.
Para tenaga kesehatan yang gugur tersebut merupakan pahlawan kesehatan dalam melawan pandemi corona di Indonesia. Untuk membantu perjuangan mereka, masyarakat perlu ikut serta mencegah Covid-19. Hal tersebut dapat dilakukan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Selain itu, masyarakat diharapkan menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Komentar
Posting Komentar