Papua dan Kesenjangan Kesehatan

Sehat itu mahal.

Pernahkah kalian mendengar kata - kata seperti itu? Yap, bener banget. Kesehatan adalah salah satu bagian penting dari kehidupan seluruh umat manusia. Selain itu, kesehatan sering dianggap hal yang paling mahal harganya. Siapa sih yang tidak ingin sehat? Pastinya setiap orang mau dong. Tahukah kalian, apa sebenarnya kesehatan itu?

Menurut WHO, sehat merupakan suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Lantas, sudahkah masyarakat kita terjamin kesehatannya?

Saat ini, pemerintah sedang gencar - gencarnya memperbaiki sarana dan prasarana kesehatan di seluruh penjuru negeri ini. Seperti yang sudah kita ketahui betul, pandemi COVID-19 yang menyerang Indonesia membuat pemerintah memutar otak guna mencari jalan keluar yang terbaik. 

Bergeser sedikit ke masa lalu, dimana sebelum pandemi seperti sekarang muncul. Sudahkah pemerintah benar - benar memperhatikan prasarana kesehatan secara meneyelruh, khususnya di daerah pedalaman? Bagaimana cara pemerintah meningkatkan kualitas layanan kesehatan di daerah terpencil? Jawabannya, sudah. Mengutip dari laman sehatnegriku.kemenkes pemerintah telah melaukan lima upaya guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Diantaranya 

  1. Peningkatan Akses
  2. Peningkatan Mutu
  3. Regionalisasi Rujukan
  4. Penguatan Peran Dinas Kesehatan baik di tingkat provinsi/kota
  5. Dukungan Lintas Sektor
Namun, banyak pihak beranggapan bahwa upaya yang selama ini dilakukan pemerintah dirasa kurang maksimal. Khususnya untuk di daerah pedalaman seperti Papua. Memiliki kondisi geografi yang bervariasi seperti, dataran tinggi yang dikelilingi hutan hujan tropis, dataran rendah berawa, padang rumput, danau dan lembah, membuat wilayah ini sulit diakses yang kemudian menyebabkan sulitnya perkembangan dalam berbagi sektor, salah satunya kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai, menyadari daerahnya memang cukup tertinggal di bidang pelayanan kesehatan. Tak perlu berbicara pengobatan canggih untuk kanker atau penyakit kardiovaskular lainnya, masalah sanitasi pun Papua masih jauh tertinggal.

Masih adanya keterikatan dengan budaya yang kuat, menjadi salah satu faktor sulitnya Papua berkembang. Diketahui, beberapa masyarakat disana percaya bahwa jika seorang wanita menstruasi atau melahirkan harus menyendiri di gubuk. tertentu, karena ada kepercayaan kalau darah tersebut dipegang orang lain, maka yang bersangkutan akan demam. 

Hal ini menyebabkan masyarakat Papua mengesampingkan pelayanan kesehatan oleh petugas medis profesional. Bahkan, Aloy mengatakan lebih dari 60 persen penduduk masih lebih memilih ke dukun tradisional ketika sakit. Petugas kesehatan bukan menjadi prioritas mereka. Ia juga mengatakan sebagian besar masyarakat Papua masih percaya pada obat tradisional. 

Melihat begitu sulitnya perkembangan bidang kesehatan di Papua, membuat pemerintah memutar otak. Akhirnya, melalui pemerintah setempat berhasil menciptakan salah satu terobosan baru dengan memilih konsep mobile clinic. 

                                                             (Sumber : WHO photo)

Mobile Clinic memiliki konsep jemput bola. Dimana pasien atau masyarakat yang ingin berobat tidak perlu repot - repot datang ke pusat kesehata, tetapi petugas kesehatan yang mendatangi mereka. Pusat kesehatan seperti puskesmas, akan menjadi tempat untuk menyimpan data administrasi saja. Sementara, petugasnya yang akan berkeliling mengobati pasien yang sakit. Untuk memudahkan kegiatan ini, pemerintah setempat sudah menyediakan mobil untuk membawa tim kesehatan, lengkap dengan alat medis serta berbagai obat - obatan. 

Upaya ini merupakan kegiatan awal guna meningkatkan sistem kesehatan dan membantu masyarakat pedalaman untuk dapat mengakses jaminan kesehatan yang baik. Tenaga kesehatan yang dikirim terdiri dari dokter, perawat, analisis gizi, asisten apoteker, dan tenaga promosi kesehatan. 

Selain upaya yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat, KORINDO group bersama KOICA (Korea International Cooperation Agency) berhasil menghadirkan klinik modern bernama Klinik Asiki di Kampung Asiki, sebuah kampung pedalaman Papua di wilayah perbatasan Indonesia - Papua Nugini. Klinik ini dipersembahkan secara gratis untuk masyarakat Papua dan masyarakat kurang mampu sebagai kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas Kesehatan yang Baik Untuk Sesama. Dibangun pada lahan seluas  1.100m2, klinik ini memiliki fasilitas cukup lengkap seperti ruang rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin, perawatan bayi/perinatologi, IGD, ruang bedah minor, USG, farmasi, dan fasilitas lainnya hingga penyediaan kendaraan ambulans. 


                                                         (sumber : korindo.co.id)

Klinik Asiki juga meraih peringkat klinik terbaik di Provinsi Papua versi BPJS kesehatan 2017 lho. Terpilihnya Klinik Asiki sebagai klinik terbaik membuktikan bahwa Klinik Asiki mampu memberikan dan mempertahankan pelayanan yang prima kepada masyarakat di Asiki, meskipun terletak di pedalaman Papua. Klinik Asiki mampu bersaing dengan 700 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama (FKTP) lain yang ada di Papua dan Papua Barat.


                                                           (Sumber : korindo.co.id)

Kesehatan merupakan hal yang paling berharga, tidak ada manusia manapun yang ingin masuk rumah sakit. Biaya kesehatan yang semakin mahal, serta pelayanan yang kadang kurang baik membuat banyak orang enggan untuk berobat kerumah sakit. Dalam hal ini, peran pemerintah pusat serta daerah menjadi amat penting. Peningkatan fasilitas kesehatan menjadi hal yang wajib untuk dievaluasi. Berbagai inovasi baru sangat di perlukan untuk menunjang mutu serta sarana dan prasarana, khususnya di daerah pedalaman. Dengan adanya inovasi baru seperti Mobile Clinic dan Klinik Asiki, diharpakan dapat menunjang kebutuhan kesehatan masyarakat pedalaman, Papua. 


Komentar