Menfess dan Cara Kerjanya Dalam Sarana Social Support



Cara berkomunikasi yang dulu menggunakan surat kertas berlabel perangko, kini sudah tergantikan oleh surat anonim yang dikirim bukan lagi melalui kantor pos, tetapi melalui akun fanbase menfess. Menfess atau milenial menyebutnya pesan anonim atau surat kaleng adalah sebuah tren baru di jagat maya, khususnya twitter. Menfes ini sebenarnya sudah ada bahkan sebelum Jack Dorsey membuat twitter. Biasanya, anak-anak muda sebelum mengenal twitter kerap mengirim menfess melalui acara radio, yaitu berupa kirim-kirim salam ke gebetan.

Awal mula istilah Menfess ini muncul di twitter dari ruang lingkup dunia Role Player. Role Player adalah orang yang memainkan peran sebagai tokoh idola. Satu orang role player berinteraksi dengan role player lainnya. Para role player itu sendiri menggunakan Menfess untuk mengungkapkan perasaan kepada role player yang lain yang mereka suka. Sistem Menfess yang anonim ini membuat siapapun tak perlu takut ketahuan identitasnya. Menfess ini cocok sekali untuk para pengagum rahasia.

Keberadaan menfess di jagat twitter sangat menarik minat para mileniallis. Tak tanggung-tanggung, berbagai kalangan pun turut andil dalam memanfaatkan menfess sebagai sarana mengirim pesan. Ada yang sekedar mengirim sapaan singkat, sampai pesan curhat. Kebanyakan dari mereka merasa sangat terbantu dengan keberadaan menfess di twitter, mereka merasa tidak perlu lagi merasa malu untuk sekadar menyapa gebetan, promosi, bahkan tak jarang untuk curhat karena setiap pesan yang mereka sampaikan bersifat anonim.

Namun, tahukah kalian bahwa keberadaan menfess saat ini lebih dominan digunakan untuk meminta dukungan atau support system dari sesama penggunanya. Keresahan seseorang tentang bagaimana caranya menceritakan apa yang sedang dialami kepada orang lain membuat banyak orang merasa tertekan jika harus memendamnya sendiri. 



Pengamat media sosial, Nukman Luthfie menilai, ada dampak baik saat sesorang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan, dan meminta dukungan. Terlebih saat berkaitan dengan orang lain. “Media sosial terserah mau digunakan untuk apa sepanjang tidak melanggar hukum seperti undang-undang ITE dan Pornografi. Kedua, sebisa mungkin tidak melanggar etika supaya tidak terkena hukum positif dan sosial," ujarnya.

Dampak baik dari curhat di media sosial adalah dapat menjadi kontrol sosial bagi orang lain. Kontrol sosial yang dimaksud adalah saat seseorang tidak tersentuh oleh ranah hukum tapi mendapat ganjaran oleh masyarakat dari perlakuannya. Kejadian itu biasanya terjadi saat seseorang melakukan hal-hal tidak menyenangkan secara ‘offline’ dan dapat diumbar melalui media sosial.

Hal-hal ‘offline’ yang dimaksudnya seperti bentuk percakapan via aplikasi WhatsApp, Line dan SMS. Artinya, bentuk pesan singkat tidak menyenangkan yang hanya diketahui oleh pihak pengirim dan penerima pesan dapat diketahui oleh masyarakat umum hanya dengan mengunggahnya di sosial media.

Meski demikian, Nukman mengatakan, pengunggah harus bicara berdasarkan fakta dan memiliki barang bukti. Dengan demikian, dia dinilai dapat mengungkap kebenaran dan tidak menyebarkan fitnah. 

Seperti kisah Ley (18) nama disamarkan. Ia adalah salah satu dari sekian banyak orang diluar sana yang pernah berkirim pesan melalui menfess. Ley mengaku dalam seminggu ia bisa mengirimkan 2-3 pesan sehari, “Tergantung mood aku sih, tapi rata-rata aku bisa kirim 2/3 pesan ke akun base yang berbeda setiap harinya.” Selanjutnya, Ley menjelaskan bahwa ia juga cukup sering mengirim pesan berupa curahan hati atau meminta dukungan dari orang-orang. Baginya setiap kali ia mendapatkan ujian hidup dan ingin berbagi kisah atau sekadar untuk meminta dukungan, ia akan lebih memilih akun menfess ketimbang temannya.

“Engga tau ya, tapi semakin kesini kepercayaanku terhadap seorang teman perlahan berkurang. Ya, mungkin engga semua sependapat denganku. Tapi inilah yang aku rasakan. Ketimbang aku harus memendamnya sendiri, akun-akun menfess sangat membantuku setidaknya untuk menenangkan pikiranku sedikit.” Ujarnya. 

Menurutnya, ketika kita sedang merasa putus asa dengan berbagai hal yang terjadi di kehidupan kita dan tidak ada seorang pun yang layak untuk diajak berbagi, tidak ada salahnya untuk sekadar meminta dukungan melalui sosial media. Apalagi dengan adanya akun menfess, kita dapat bertukar pesan dengan nama anonim. “Dengan adanya akun menfess ini, aku merasa bebanku sedikit berkurang. Semangatku dalam menjalani kehidupan yang sempat pupus, menjadi bangkit kembali.” Ujar Ley.

Mencurahkan persaan melalui sosial media sudah bukan hal yang tabu lagi, tidak ada salahnya menceritakan hal-hal yang terjadi tetapi dengan catatan, seperti yang sudah diungkapkan oleh Nukman Luthfie diatas. Pada dasarnya sosial media juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana sosial support untuk mereka yang sedang mencari tempat ternyaman ketika manusia lain dinilai sudah tidak peduli lagi terhadap sesamanya. 

Komentar